Selamat datang di nuansametro.co.id
Pernikahan merupakan salah satu momen sakral dalam kehidupan manusia. Di Indonesia, tradisi pernikahan pun beragam, menyesuaikan dengan adat dan budaya setempat. Salah satu tradisi unik yang masih lestari hingga kini adalah sepasaran manten.
Sepasaran manten merupakan tradisi pernikahan adat Jawa yang sarat makna filosofis dan Islami. Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan, ukhuwah, dan doa restu bagi kedua mempelai.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas tentang tradisi sepasaran manten menurut ajaran Islam. Mari kita simak bersama.
Pengantar
Tradisi sepasaran manten berakar dari ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan saling tolong menolong. Dalam prosesi pernikahan, sepasaran manten menjadi wujud keterlibatan masyarakat dalam mendoakan dan merayakan kebahagiaan kedua mempelai.
Tradisi ini juga mencerminkan prinsip syariah dalam pernikahan, yaitu penghormatan terhadap hak dan kewajiban suami istri, menjaga keharmonisan rumah tangga, serta membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Selain itu, sepasaran manten juga menjadi sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur Islam kepada masyarakat luas. Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan doa restu dalam membangun kehidupan pernikahan yang harmonis.
Dengan demikian, sepasaran manten merupakan tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan justru memperkuat nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Apa Itu Sepasaran Manten
Sepasaran manten secara harfiah berarti “pasar pengantin”. Dalam tradisi Jawa, pasar merupakan simbol tempat berkumpulnya masyarakat untuk berinteraksi sosial dan bertukar barang. Demikian pula dengan sepasaran manten, yang menjadi ajang berkumpulnya masyarakat untuk mendoakan dan merayakan kebahagiaan kedua mempelai.
Tradisi ini biasanya diadakan pada pagi atau sore hari setelah akad nikah. Masyarakat berkumpul di rumah mempelai perempuan untuk memberikan hadiah atau persembahan berupa makanan, pakaian, atau barang-barang keperluan rumah tangga.
Hadiah-hadiah tersebut kemudian ditata dalam sebuah wadah atau baki yang disebut “kethak”. Kethak selanjutnya diarak oleh kedua mempelai bersama para tamu menuju rumah mempelai laki-laki. Prosesi arak-arakan ini diiringi dengan lantunan musik tradisional dan nyanyian yang berisi doa dan harapan baik.
Pengertian Sepasaran Manten Menurut Islam
Dalam konteks Islam, sepasaran manten memiliki beberapa pengertian yang penting. Pertama, tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah. Masyarakat yang hadir dalam sepasaran manten menunjukkan kepedulian dan dukungannya terhadap kedua mempelai.
Kedua, sepasaran manten menjadi wujud doa restu dari masyarakat kepada kedua mempelai. Hadiah-hadiah yang diberikan merupakan bentuk dukungan material dan doa agar kedua mempelai dapat menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia dan sejahtera.
Ketiga, sepasaran manten menjadi sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur Islam kepada masyarakat luas. Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan saling mendoakan dalam membangun kehidupan berkeluarga.
Dengan demikian, sepasaran manten merupakan tradisi yang tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga memiliki makna religius dan filosofis yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sejarah Sepasaran Manten
Tradisi sepasaran manten sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada masa itu, tradisi ini dikenal dengan nama “Pasar Kliwonan”. Pasar Kliwonan diadakan setiap hari pasaran Kliwon, yaitu setiap enam hari sekali.
Pada zaman Wali Songo, tradisi Pasar Kliwonan dimodifikasi dan dipadukan dengan ajaran Islam. Para wali mengajarkan bahwa pasar bukan hanya tempat untuk bertransaksi jual beli, tetapi juga tempat untuk beribadah dan berdoa.
Seiring waktu, tradisi Pasar Kliwonan bertransformasi menjadi sepasaran manten. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesi pernikahan adat Jawa, dan terus lestari hingga sekarang.
Dalam perkembangannya, tradisi sepasaran manten mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian. Namun, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap terjaga dan menjadikannya sebuah tradisi yang kaya makna dan budaya.
Fungsi dan Peran Sepasaran Manten
Tradisi sepasaran manten memiliki beberapa fungsi dan peran penting dalam masyarakat Jawa. Pertama, sepasaran manten berfungsi sebagai simbol kebersamaan dan dukungan masyarakat terhadap kedua mempelai.
Kedua, tradisi ini menjadi sarana untuk mendoakan dan memberikan restu kepada kedua mempelai. Hadiah-hadiah yang diberikan oleh masyarakat merupakan bentuk dukungan material dan doa agar kedua mempelai dapat menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia dan sejahtera.
Ketiga, sepasaran manten berfungsi sebagai sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur Islam kepada masyarakat luas. Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan saling mendoakan dalam membangun kehidupan berkeluarga.
Keempat, sepasaran manten juga berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi Jawa. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesi pernikahan adat Jawa, dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Tabel Sepasaran Manten
Aspek | Deskripsi |
---|---|
Makna | Simbol kebersamaan, ukhuwah, doa restu |
Bentuk | Prosesi arak-arakan hadiah dari rumah mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki |
Waktu | Biasanya diadakan pada pagi atau sore hari setelah akad nikah |
Nilai Islami | Menjunjung nilai kebersamaan, saling tolong menolong, dan mendoakan kebahagiaan kedua mempelai |
Fungsi | Simbol kebersamaan, sarana doa restu, pelestarian budaya |
Kesimpulan
Tradisi sepasaran manten merupakan tradisi pernikahan adat Jawa yang sarat makna filosofis dan Islami. Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan, ukhuwah, dan doa restu bagi kedua mempelai.
Sepasaran manten juga menjadi sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur Islam kepada masyarakat luas. Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan doa restu dalam membangun kehidupan pernikahan yang harmonis.
Dengan demikian, sepasaran manten merupakan tradisi yang patut dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga memiliki makna religius dan filosofis yang sesuai dengan ajaran Islam.
Bagi masyarakat Jawa, sepasaran manten merupakan bagian tak terpisahkan dari prosesi pernikahan. Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan, dukungan, dan doa restu masyarakat kepada kedua mempelai.
Kata Penutup
Tradisi sepasaran manten merupakan sebuah kearifan lokal yang sarat makna dan nilai-nilai luhur. Tradisi ini menjadi bukti bahwa ajaran Islam dan budaya lokal dapat berjalan seiring dan saling memperkuat.
Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan tradisi sepasaran manten. Tradisi ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi pengingat tentang pentingnya kebersamaan, ukhuwah, dan doa restu dalam membangun kehidupan pernikahan yang harmonis dan penuh berkah.
Mari kita jaga dan lestarikan tradisi sepasaran manten sebagai salah satu aset budaya bangsa Indonesia yang kaya dan penuh makna.