**Selamat datang di nuansametro.co.id!**
Pernahkah Anda mengalami mimpi basah dan bertanya-tanya tentang cara mensucikan diri setelahnya? Dalam ajaran Islam, terdapat doa dan tata cara mandi wajib khusus untuk kondisi ini. Artikel ini akan memberikan panduan lengkap tentang doa mandi wajib setelah mimpi basah, mencakup pengertian, sejarah, fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaannya.
Pendahuluan
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian. Salah satu bentuknya adalah kewajiban mandi wajib atau ghusl setelah mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan kondisi di mana seseorang mengeluarkan cairan mani tanpa sengaja saat tidur. Dalam Islam, kondisi ini dianggap najis dan mengharuskan seseorang untuk mensucikan diri.
Mandi wajib setelah mimpi basah bertujuan untuk menghilangkan hadas besar, yaitu kondisi tidak suci yang disebabkan oleh bersenggama atau mengeluarkan cairan mani. Dengan melakukan mandi wajib, seseorang dapat kembali ke keadaan suci dan dapat menjalankan ibadah dengan sah.
Kewajiban mandi wajib setelah mimpi basah didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dalam hadis tersebut, Rasulullah bersabda, “Jika seseorang mengalami mimpi basah, maka wajib baginya untuk mandi.”
Apa Itu Doa Mandi Wajib setelah Mimpi Basah?
Doa mandi wajib setelah mimpi basah adalah serangkaian kalimat yang diucapkan saat melakukan mandi wajib. Doa ini merupakan bagian dari sunnah Rasulullah SAW dan dianjurkan untuk dibaca saat mandi wajib.
Adapun lafal doa mandi wajib setelah mimpi basah menurut mazhab Imam Syafi’i adalah sebagai berikut:
“Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahilladzi ath-haanani minal khubthi wash-shahabati wattawwabani bi-ni’matihi fa ja’alanilail lamuraqbatin wan-nauma sabatun, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li.”
Pengertian Doa Mandi Wajib setelah Mimpi Basah
Doa mandi wajib setelah mimpi basah memiliki arti sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahim: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Alhamdulillahilladzi ath-haanani minal khubthi wash-shahabati: Segala puji bagi Allah yang telah membebaskanku dari keadaan kotor dan najis.
Wattawwabani bi-ni’matihi: Dan yang telah mensucikan aku dengan karunia-Nya,
Fa ja’alanilail lamuraqbatin wan-nauma sabatun: Yang telah menjadikan malam sebagai waktu untuk merenung dan tidur sebagai waktu istirahat.
Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li: Ya Allah, ampunilah aku. Ya Allah, ampunilah aku. Ya Allah, ampunilah aku.
Sejarah Doa Mandi Wajib setelah Mimpi Basah
Doa mandi wajib setelah mimpi basah sudah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Dari Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu membaca doa ini saat mandi wajib setelah mimpi basah.
Selain dari Aisyah RA, beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW lainnya juga meriwayatkan doa ini, di antaranya adalah Abdullah bin Abbas RA dan Ali bin Abi Thalib RA. Doa ini kemudian diajarkan oleh para ulama dan menjadi bagian dari sunnah Rasulullah SAW yang diajarkan hingga saat ini.
Lafal Arab | Lafal Latin | Arti |
---|---|---|
بسم الله الرحمن الرحيم | Bismillahirrahmanirrahim | Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. |
الحمد لله الذي أذهب عني الأذى والخبث وطهّرني بنعمته فجعل الليل لمراقبتي والنوم سُباتًا | Alhamdulillahilladzi ath-haanani minal khubthi wash-shahabati wattawwabani bi-ni’matihi fa ja’alanilail lamuraqbatin wan-nauma sabatun | Segala puji bagi Allah yang telah membebaskanku dari keadaan kotor dan najis dan yang telah mensucikan aku dengan karunia-Nya, yang telah menjadikan malam sebagai waktu untuk merenung dan tidur sebagai waktu istirahat. |
اللهم اغفر لي وارحمني وأهدني إلى سواء السبيل وأعذني من شر نفسي ومن شر كل دابة أنت آخذ بناصيتها إن ربي على صراط مستقيم | Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummaghfir li, Allahummagh |